Masyarakat di Gunung Kidul Yogyakarta selalu mengkaitkan kejadian bunuh diri dengan hadirnya Pulung Gantung. Pulung gantung digambarkan sebagai bola api dengan ekor panjang yang berkelebat dari langit, terkadang melintas di daerah tertentu, berhenti di atas rumah ataudiatas pohon atau terbang diam dalam waktu relatif lama.
Masyarakat Gunung Kidul terutamadi desa terpencil percaya bahwa lokasi rumah di sekitas jatuhnya pulung guntung salah satuanggota keluarganya akan melakukan bunuh diri dengan cara gantung diri atau menceburkandiri ke sumur. Lokasi Gunung kidul yang terletak dipegunungan kapur dengan tanah yang terjal dan berbatu yang kering dan kesulitan air pada musim kemarau, masyarakat yang miskin denganmodernisasi tertinggal dari daerah lain di sekitar Yogjakarta, tekanan sosial ekonomi diduga menjadi sebab tingginya angka bunuh diri di daerah ini.
Bunuh diri merupakan fenomena psikologis, social dan budaya yang oleh masyarakat Gunung Kidul dianggap hal biasa terkait dengan datangnya Pulung Gantung yang tidak bisa dihindari .Pulung gantung menurut beberapa saksi digambarkan Bentuknya seperti lintang tapi besar, bundar tapi bercahaya bisa kuning, hijau, putih, merah, kemerah-merahan ya ini terus belakangnya seperti ular panjang lha ini bisa hinggap di pohon-pohon besar, rumah juga bisa.Hadir berkisar sehabis magrib (18.00 – 20.00) atau menjelang subuh (02.00 – 04.00).
Orang orang di Gunung Kidul percaya pulung gantung sebagai isyarat kematian yang mendekati kepastian. Pulung dalam bahasa Jawa berarti wahyu atau isyarat atau petunjuk dari Tuhan atau anugrah, kebahagiaan, kita sering mendengar kata “Ketiban Pulung” untuk orang-orang yang mendapatkan berkah atau anugrah. Tapi kalau Pulung Gantung tidak seorang pun yang bersyukur jika rumahnya didekati. “Ketiban Pulung Gantung” dianggap sebagai isyarat kematian, beberapa orang percaya bahwa sebelum seseorang melakukan tindakan bunuh diri, dia akan terobsesi melakukan.
0 comments:
Post a Comment